Konteks
Pengalaman penjajahan (kolonialisme) berakar kuat dan mengaburkan makna kedirian manusia dan spiritualitas yang membebaskan. Pola kaku akibat kolonialisme muncul ke permukaan dalam bentuk ketidakadilan yang berjangka panjang seperti praktik korupsi, peminggiran kelompok rentan, perampasan tanah, dan kapitalisme global.
Bentuk ketidakadilan seperti ini terakumulasi menjadi kebudayaan yang menindas dan menjauhkan manusia dari kesadaran dan hati nuraninya. Kekerasan selalu menjadi pilihan pertama dalam merespon ketidakadilan. Kita bisa melihat secara nyata bagaimana rasa marah, ketakutan, tidak saling percaya, diskriminasi, dan cara-cara yang menindas merantai masyarakat kita dan menjadi komunitas yang tidak berdaya.
Kehidupan adalah anugerah besar yang Tuhan berikan kepada kita. Semua orang punya kesempatan yang sama untuk hidup dalam panggilan cinta dan hati nurani. Disebabkan oleh pengalaman kekerasan dan diskriminasi, beberapa orang membutuhkan lebih banyak waktu untuk mencapai puncak cinta dan hati nurani. Kami percaya semua orang baik dan mampu, serta siap dan bersedia membuka diri untuk kekuatan perubahan yang nyata.
Kami mengundang semua orang dari beragam umur dan latar belakang untuk datang menghadiri pelatihan yang kami selenggarakan.Tentang Pelatihan ini
Peace Place Pati (Rumah Damai Pati) merupakan tempat untuk berlatih membangun budaya damai yang berkomitmen untuk memutus siklus penindasan antargenerasi dan mau bekerja bersama dengan masyarakat di Indonesia serta seluruh dunia untuk perdamaian, pemulihan dan rekonsiliasi demi mewujudkan budaya damai yang abadi. Kami menawarkan pelatihan untuk anak-anak, remaja dan orang dewasa berdasarkan metode hidup tanpa kekerasan.
Pelatihan Cultures of Peace & Justice (CPJ) adalah Pelatihan yang dikembangkan dari materi AVP (Alternatif to Violent Project atau Hidup Tanpa Kekerasan) pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 2005 dalam proses pemulihan trauma yang dialami korban Tsunami Aceh dan juga penyintas perang sipil antara Gerakan Aceh Merdeka dan militer Indonesia. Kemudian pada tahun 2008, metode CPJ diperkenalkan di Pati, Jawa Tengah kepada masyarakat dalam bentuk pelatihan rutin dan pendidikan anak usia dini.
Kami melihat betapa hebatnya penghancuran atas kepribadian manusia yang diakibatkan oleh kekerasan secara umum yang mengakibatkan trauma, diskriminasi, prasangka, hak istimewa, radikalisme, ekstremisme, hingga perang. Kami ingin terhubung dengan Anda untuk memperluas kerja perdamaian ini karena kami percaya damai dan keadilan sangat mungkin untuk kita ciptakan bersama-sama.
Pelaksanaan dan Materi
Workshop dilaksanakan pada 21 - 29 Februari 2024
Sesi akan berlangsung dari pukul 08.00 - 17.00 WIB, dengan jeda waktu istirahat dan ibadah (untuk peserta muslim)
Seri Transformasi Pribadi & Transformasi Sosial
Hari 0 : Pertemuan Tim dan Kedatangan Peserta
Hari 1 : Peserta tiba di lokasi / tengah hari : Afirmasi Diri
Hari 2 : Ketahanan & Kekuatan Transformasi dari Trauma
Hari 3 : Komunikasi & Kerja Sama
Hari 4 : Ingatan & Keterhubungan Kembali (refleksi singkat malam Bagian I)
Hari 5 : Kunjungan Komunitas
Hari 6 : Kepercayaan & Keyakinan Diri
Hari 7 : Pembebasan & Transformasi
Hari 8 : Umpan Balik & Konsensus (Hati Nurani)
Hari ke 9 : Refleksi (dan rangkuman semua materi) dan Penutupan / Sore : Peserta pulang.
Fasilitator
Wiji Prasetya Jati, (Wiwit), Alumni Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Dia bekerja di PAUD Joglo, sebuah sekolah inklusi di mana dia mendukung pembelajaran perdamaian dan permakultur bagi anak usia dini di Pati, Jawa Tengah. Dia mengenal pendekatan Hidup Tanpa Kekerasan (Alternative to Violence Project/AVP) dan mempraktekannya sejak tahun 2016. AVP Menjadi dasar baginya dalam mendampingi anak-anak. Wiwit percaya setiap anak memiliki kemampuan batin yang luar biasa yang membutuhkan pendampingan dan perhatian. Wiwit aktif mengkoordinir mini workshop cerita kekuatan kebaikan (Power of Goodness) dan AVP di sekolah, masjid, gereja, dan masyarakat desa. Saat ini menjadi bagian Team Pelatih Membangun Budaya Damai di Peace Place Pati, Jawa Tengah.
Nanik. pernah berprofesi sebagai guru di sekolah negeri dan memutuskan mendirikan sekolah ramah anak pada 2012.Ia mengenal praktek Budaya Hidup Damai sejak tahun 2008 dan memakai unsur-unsur penting Budaya Damai dalam pelajaran di PAUD yang didirikannya. Ia percaya bahwa setiap anak itu baik dan mampu. Satu hal yang disuarakan adalah tidak membeda-bedakan anak dalam setiap perkembangannya dan itu sangat penting untuk menciptakan perdamaian. Semua anak melewati tahap perkembangan dalam kehidupan ini dan akan mampu melakukannya jika diberi kasih sayang, kepercayaan, dan kesempatan untuk bereksperimen. Pekerjaan ini dilakukan bersama guru, orang tua dan masyarakat dalam pelatihan Menciptakan Budaya Damai. Bersama dengan orang tua, cobalah alat-alat ini dalam keluarga dan bagikan pengalaman tentang bagaimana alat-alat perdamaian ini bekerja dalam kehidupan. Ia sangat tertarik mengamati perkembangan anak dan bereksperimen dengan kegiatan untuk mendukung mereka melalui bermain. Ia bersyukur bisa bertemu dengan orang-orang profesional yang mendukung kiprahnya dalam mendampingi anak-anak berkebutuhan khusus. Ia juga aktif terlibat dalam pelatihan Membangun Perdamaian, Cerita Kekuatan Kebaikan dan Perpustakaan Perdamaian bersama Friends Peace Teams di Asia Pasifik Barat.
Petrus. Sejak tahun 1992 sampai 2018 bekerja di Organisasi Non-Pemerintah dalam pengorganisasian masyarakat melalui isu Pemberdayaan, Kesehatan Dasar, Lingkungan, Perdamaian. Pada September 2005 pertama kali mengenal pendekatan Hidup Tanpa kekerasan (HTK-AVP) di Aceh, dan saat itu pertama kali HTK-AVP diperkenalkan di Indonesia. Setelah itu mempraktekan tools HTK dengan beberapa kelompok masyarakat di desa mitra YSI di Aceh. Juni 2008 menyelenggarakan pelatihan di Pati Jawa Tengah. Kemudian tahun 2011 bersama team mendirikan Peace Place Pati sebagai tempat berlatih membangun budaya damai yang didukung oleh Friends Peace Teams Asia West Pacific. Tahun 2012 bersama team lainnya merintis pendekatan Hidup tanpa kekerasan untuk anak Usia Dini dengan mendirikan PAUD Joglo. Sejak tahun 2013 menjadi Team Pelatih pada Pelatihan International Membangun Budaya Damai yang berkeadilan di Peace Place Pati, Jawa Tengah. Tahun 2017 sampai sekarang merupakan koordinator Friends Peace Teams Asia West Pacific di Indonesia dalam mengembangkan Gerakan Perdamaian yang Berkeadilan melalui Culture of Peace and Justice.
Cara Mendaftar
Bergabunglah bersama kami dengan cara sebagai berikut,
Mengisi formulir registrasi pada tautan https://bit.ly/ccpavpfeb2024
- Lakukan pembayaran biaya kontribusi (IDR 900.000) dengan menghubungi 082329099792 (Ida)
- Kami menawarkan beasiswa untuk peserta yang memiliki komitmen mengembangkan pelatihan kami di komunitasnya masing-masing. Silahkan mengisi secara detail motivasi diri yang tertera di dalam formulir registrasi
Fasilitas Pendukung
- Penginapan
- Wi-Fi
- Makan 3x sehari & snack
- Kunjungan Komunitas
- Sertifikat dengan JPL
- Persahabatan dan Jaringan
- Semua orang pulang dengan keterampilan yang lebih baik, terinspirasi dan utuh untuk menghidupkan kembali gerakan perdamaian dan non-kekerasan di komunitas mereka.
- Tindak lanjut terus dilakukan melalui konsultasi internet.
Belum Bisa Bergabung dengan Kami? Pertimbangkan Menawarkan
Beasiswa!
Bila Anda belum bisa bergabung bersama kami, kami menawarkan Anda untuk memberikan dukungan beasiswa kepada orang muda, kolega, staf atau mahasiswa Anda untuk bergabung dan mengalami pelatihan yang kami lakukan. Biaya beasiswa digunakan untuk mendukung transportasi, biaya pelatihan, dan tool kit pelatihan. Anda bisa menghubungi 082329099792 (Ida) untuk informasi lebih lanjut. Dukungan per-orang bisa antara >250.000 - 1.000.000++
—
“Sistem yang dibimbing oleh kejujuran akan mempermudah segala niat baik warga negara. Kita masih harus berjuang keluar dari akar penindasan kolonialisme yang melanggengkan prasangka dan hak istimewa. Betapa banyak orang yang bekerja di sistem tetapi masih terjebak pada dua hal itu. Bahkan ketika melatih kultur keadilan dan perdamaian, aku tidak menjanjikan keindahan sistem itu akan segera terwujud. Perlu berlatih secara bersama-sama.” (Ruwaidah, alumni)